Translate

Selasa, 14 Agustus 2012

Cerpen karya M Fakih Abdurrohman


                                   DERITA BERUJUNG BAHAGIA
Karya : M Fakih Abdurrohman
            Teng…teng…teng… bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Aku dan teman-temanku langsung berlari ke kelas seperti sedang lomba balap lari sembari mulut masih penuh makanan. Maklum, itu semua kami lakukan karena pelajaran selanjutnya adalah pelajaran pak Agung sang guru Matematika yang galak abis. Jika kami terlambat masuk kelas 1 menit saja, pasti akan langsung dapat hukuman yang bermacam-macam, seperti hormat bendera lah, get out lah, ya… pokoknya macam-macam deh.
            Oh iya, sampai lupa aku jadinya, kita kan belum kenalan, seperti yang pepatah bilang " Tak kenal maka tak sayang " hehehehe. Perkenalkan namaku Ardina utamy, umurku masih 17 tahun dan bersekolah di SMA Negeri 2 kediri. Aku senang sekali bisa bersekolah disini, Maklum SMA ini merupakan SMA favorit di Kediri saat itu.
            Aku mempunyai banyak sekali sahabat di SMA ini, namun hanya ada satu orang sahabat yang aku anggap  baiiiiik banget, sampai – sampai aku menganggapnya sebagai adik,  nama sahabatku itu adalah Ranita Magdalena. Memang sih kedengarannya Magdalena itu nama orang asing, tapi faktanya Ranita Magdalena itu orang asli Palembang hehehe gak nyangka kan?
            Selain sahabat,  aku juga punya seseorang yang aku anggap spesial, dia adalah Faqih Alsharavy yang merupakan teman laki-laki sekelasku. Sebenarnya dia tidak terlalu tenar dan tidak terlalu pintar sih, tapi dia itu orangnya baiiiik banget , suka menolong, ramah dan murah senyum. Sebenarnya aku sudah lama mengharapkannya menembakku dari kelas X hingga sekarang kelas XII. Banyak orang yang menembakku tapi, ku tolak semua hanya karena dia,  namun hingga saat ini aku rasa dia tidak punya perasaan sedikit pun padaku.
            Eh..eh..eh.. jadi kebanyakan ngomong nih, aku kan harus masuk tepat waktu saat pelajaran pak Agung.
                                                            **********
            Setelah sampai, langsung saja kulihat ke dalam kelas untuk memastikan bahwa aku tidak terlambat. Untungnya aku tidak terlambat masuk kelas. Tak..tak…tak.. kudengar suara yang tidak asing lagi bagiku, ya,  itu suara langkah kaki pak Agung yang sedang  menuju ke kelas.
            "Assalamualaikum anak-anak" sapa, pak Agung.
            " Waalaikum salam paaaaaaak" jawab kami serentak.
            " Baiklah hari ini, bapak akan memeriksa PR kalian terlebih dahulu "
            "Apa???? Aduuh aku lupa membuat pr nya " gumamku dalam hati
            " Dina, mana pr mu? " ujar pak Agung yang langsung membuyarkan pikiranku
            " Ehhh ppprrr ya pa.. pak? " jawabku terbata – bata
            " Iya, pr Matematikamu mana? "
            "Aduh pak aku lupa mengerjakannya " jawabku dengan jujur walau takut-takut
            "Dina ..dina.. kamu kan sebentar lagi akan melaksanakan UN, bagaimana mau bisa menjawabnya? pr saja belum kamu kerjakan!" timpal pak Agung dengan nada yang agak marah.
            " Iya pak, Dina gak akan ulangi lagi perbuatan ini " jawabku
            " Kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan jika tidak membuat pr di kelas ?" tegur pak Agung
            "iya pak" jawabku
            Tanpa langsung di komandoi aku langsung berdiri di depan kelas dengan kaki sebelah di angkat dan harus menunggu sampai pr selesai di bahas, aku merasa maluuu banget. Itulah sebabnya aku tidak suka dengan pak Agung.
            Setelah kira-kira 15 menit aku berdiri, aku merasa ada yang aneh pada diriku, kepalaku terasa berat, perutku terasa sakit dan penglihatanku mulai kabur.
"BRAAAAAAK" aku pun jatuh ke lantai, tapi sebelum aku jatuh kelantai aku merasa ada yang menangkap diriku dengan sigap , namun aku tak bisa untuk melihat kejadian apa yang sebenarnya terjadi.
***********
            Saat pertama kali ku membuka mata, yang kulihat adalah seorang lelaki bernama Riko Rahman, cowok paling tenar di sekolahku. Entah kenapa, saat ini di hatiku ada sesuatu yang mengganjal walau di tolong oleh Riko.
            " Kamu gak apa-apa Din?" sahutnya
            "iya gak apa-apa, makasih ya udah nolongin aku " jawabku
Riko tidak menjawab apa yang kukatakan tadi, dia hanya tersenyum ramah, aku tahu pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
            Sejak tahu kalau Riko lah yang menolongku, aku tidak terlalu lagi menaruh perhatian ku pada faqih, tapi, aku tetap tidak bisa melupakannya. Aku coba berpikir kalau Rikolah orang yang aku senangi, tapi itu semua hanya setengah perasaanku,aku tak tahu kenapa semuanya jadi begini.
                                                            **********
            Tiba saatnya lah kami semua melaksanakan UN, aku berharap di UN kali ini aku bisa mendapat nilai yang memuaskan dan bisa membahagiakan orangtuaku.
            Hari berganti hari, aku mencoba untuk fokus di UN. Aku mencoba untuk tidak memikirkan kedua cowok yang terlintas di benakku itu. Aku tidak ingin mengecewakan orang tuaku.
                                                            ***********
            Akhirnya  UN berakhir juga.
            Aku senang karena seluruh pelajaran telah aku tempuh dengan semangat juang tinggi, tidak ada kesulitan yang terlalu bagiku saat menjawab semua soal-soal UN.
"Akhirnyaaaa, UN berakhir juga " sahutku pada Rani
"Iya Din, aku senang karena UN ini berakhir juga " jawab sahabat terbaikku ini
"Rani, kapan kita akan perpisahan " lanjutku
"kalo gak salah tanggal 1 Juni nanti"
" ohh" kataku pendek
"Itukan hari ulang tahun ku, masa' dihari ulang tahunku aku menangis tersedu-sedu lagi seperti masa SMP? "  batinku dalam hati
                                                            ***********
            Setelah hari yang melelahkan itu, aku pulang ke rumah dengan langkah yang lunglai. Akupun tertidur lelap di kamar hingga fajar menyapa.
            "Kukuruyuuuuuuk" suara yang tak akan pernah ku lupakan itu membangunkan aku dari dunia mimpi nan indah, bukannya aku senang bangun pagi, tapi ini semua ku lakukan untuk melaksanakan kewajiban shalatku.
            "Din, ayo cepat bangun udah jam setengah enam nih, emangnya kamu enggak shalat?" suara yang tidak asing lagi bagiku memanggilku dari luar kamar.
            "iya maaa, dina udah bangun nih" sahutku dari dalam kamar.
            Aku bergegas bangun dari kamar lalu bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, baru setelah itu melaksanakan shalat subuh yang sudah rutin ku jalankan.
            "Tumben din bangunnya siang amat" tegur papaku setelah aku selesai shalat.          "Iya nih pa, Dina mungkin kecapaian setelah melaksanakan UN " ujarku dengan suara serak.
            "Din, kamu gak apa-apa?" ujar  Papa yang melihat perubahan pada diriku
            "eeaauuaeeeauua aa" ujarku
            Aku terkejut, aku tidak bisa bicara lagi seperti orang normal pada umumnya, aku merasa lidahku sulit dan kaku untuk berbicara. Papa yang mendengar ucapanku langsung khawatir dengan keadaanku.
            "Din, ka…ka…kamu gak apa-apa Din? Kenapa tiba-tiba kamu gak bisa bicara gitu?" ujar papaku  menyelidiki
            "eeeaaaueaeuuaaa" ujarku sambil menggelengkan kepala tanda tidak tahu juga mengapa aku bisa jadi begini.
            Papa yang langsung mengetahui keadaanku langsung membawaku ke rumah sakit dengan membawa motor. Ingin rasanya aku menangis membayangkan jikalau aku tidak bisa bicara lagi dan menjadi seorang tunarungu. Ya ALLAH aku tahu pasti semua yang terjadi padaku ini akan ada hikmahnya, batinku dalam hati. Selama dibonceng Papa, aku merasa Papa sangat khawatir dengan diriku, kulihat papa gemetaran menahan tangisnya sambil mengendarai kendaraan yang cukup modern ini.
            Belum setengah perjalanan kami sampai ke rumah sakit, Papaku mendapat telepon dari seseorang. Papaku sangat serius mendengar pembicaraan dari seseorang yang meneleponnya , sayup-sayup kudengar kata demi kata yang orang tersebut bicarakan dengan papa.
            " Apakah ini dengan Bapak Surya adi ?" ujar suara dari dalam telepon genggam papa
            " Iya benar, ini dengan Bapak Surya adi ini siapa ya? dan, ada perlu apa?"
            " Ini dengan pak Norman, satpam di tempat Ibu Halimah kerja!"
            " ooh iya pak, hmmm ada apa dengan istri saya pak sampai-sampai saya  ditelepon segala? " ujar papa dengan nada yang sedikit lemas tanda khawatir
            " Sebelum saya berkata lebih jauh, saya minta bapak untuk tenang terlebih dahulu. Hmmm begini, jadi tadi pagi, saya melihat ada kecelakaan motor di depan pos Satpam. Nah setelah saya amati lebih jauh, ternyata yang kecelakaan itu istri bapak, Bu Halimah. Sekarang Bu Halimah sedang ada di Rumah Sakit Cipta Husada. " cerita pak Norman
            Setelah mendengar itu semua papa langsung meneteskan air mata yang deras bak banjir yang melanda Jakarta. Melihat dan mendengar itu semua, aku pun langsung merasa seperti terpukul palu dengan berat 1 ton dan bagai dicambuk dengan cambukan malaikat munkar nakir. Aku tidak bisa menghentikan air mata yang bisa membuat ayah bertambah sedih.
            Aku memberi isyarat kepada ayah untuk langsung pergi ke Rumah Sakit Cipta Husada.
                                                            **********
            Setiba di sana aku bermaksud untuk langsung menemui Ibu. Tapi ayah melarangku. Itu semua aku maklumi karena keadaan yang tak terduga telah menggerogoti diriku, ibu pasti shock melihat keadaanku yang sekarang.
            Aku duduk menunggu di kursi tunggu, bak anak burung yang menunggu kabar ibunya yang sedang mencari makan. Aku menunggu sambil menangis ditemani air hujan lebat yang menemaniku dalam kesedihan. Tak henti-hentinya aku menangis hingga datang seseorang yang aku tunggu  berjalan lunglai dengan tatapan wajah tanpa kepastian. Ya, itu papa ku.
            " Pa, gimana keadaan ibu sekarang?" tulisku pada sebuah kertas sambil menyeka air mata yang telah mengucur deras sejak tadi.
            " I..Ibu butuh operasi otak nak, ibu mengalami kerusakan otak bagian tengah setelah kecelakaan tadi"  jawab ayah yang mengerti perasaanku
            "huuuft" aku menghembuskan nafas dalam tanda sedikit lega karena masih ada kesempatan yang kedua buat ibu
            " Nak, yang membuat ayah sedih bukanlah operasi itu, melainkan resiko dari operasi itu. Resikonya adalah antara kesehatan dan kepulangan ke Rahamatullah" lanjut ayah dengan kata tersirat.
            Aku yang sudah SMA dan sudah belajar makna tersirat dari pelajaran Bahasa Indonesia mengerti dengan apa yang ayah sampaikan.
            " Nak, kamu harus banyak-banyak berdo'a untuk ibumu ya, agar operasi otaknya berjalan lancar. Nah sekarang kita periksa keadaanmu yah, agar kamu bisa sehat lagi  dan bisa bicara lagi dengan ibu" ujar ayah menyemangatiku
            Aku hanya bisa mengangguk tanda isyarat mengerti.
            Setelah lama berkonsultasi ke dokter, aku  menerima berita gembira dari papa.
            " Din kamu bisa sembuh sekitar 7 hari lagi kok , asal kamu harus rutin minum obat dan berdo'a ya" ujar papaku
                                                            **********
            Setelah kejadian itu, papa bekerja keras  sekali untuk membayar operasi otak ibu.  Aku merasa kasihan dan merasa iba melihat perjuangan papa yang sangat keras itu. Jika ada waktu luang aku pasti membantu nya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
            Maklum, Operasi otak ibu tidak akan pernah terlaksana jika uang operasi nya belum dibayar. Itu akan membuat kondisi ibu bertambah parah. Aku hanya bisa membantu sedikit dari sekian banyak pekerjaan yang papa kerjakan, Sisanya aku hanya bisa berdo'a dan shalat malam untuk kesembuhan ibu.
            Ini merupakan hari ke enam  setelah kejadian itu, Papa sepertinya sudah mempunyai uang yang cukup untuk membayar biaya operasi tentunya dengan bantuan semua tabungan yang telah papa kumpulkan di bank.
                                                            **********
            Setelah lama menunggu papa dirumah, kudengar suara motor yang tidak asing lagi bagiku, ya, itu adalah suara motor papa.
            Aku telah menyiapkan kue ulang tahun dan hadiah untuk papa, karena kerja kerasnya selama ini, kebetulan hari ini juga merupakan hari ulang tahunnya.
            Setelah papa membuka pintu, dengan ramah kusambut papa ditemani semua pernak pernik yang tidak terlalu mewah pada kue ulang tahun yang telah aku buat khusus untuk papa.
            Aku menyodorkan sebuah kertas yang berisi ucapan selamat dan terima kasih ku kepada papa.

            " Untuk : Papa
            Selamat ulang tahun Papa, aku berterima kasih atas semua yang telah ayah           lakukan untuk keluarga kita. Semoga kita bisa berkumpul lagi seperti dulu     dengan ibu. Aku berjanji akan menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan juga menjadi anak yang solehah, demi membahagiakan papa dan ibu.
            Wish you all the best pa. :>"
            Papa terharu melihat semua tindakan yang kulakukan , kulihat wajah papa memerah dan matanya mengeluarkan buliran air mata tanda terharu. Spontan saja papa memelukku dengan pelukan yang hangat , yang membuat diriku merasa sangat nyaman dalam pelukan papa. Aku hanya membalasnya dengan pelukan dan mata penuh dengan air yang berlinang.
            " Din, bukannya kamu besok perpisahan ujar papaku "
            " Dina gak usah ikut ah apa, soalnya Dina mau nungguin ibu operasi" tulisku di sebuah kertas.
            " Din, kamu tuh harus pergi ke acara perpisahan itu, toh siapa lagi yang akan mengambil surat lulus atau tidak lulus mu itu, kan suratnya dibagiin waktu perpisahan. Selain itu besok kan kamu terakhir kalinya bersama dengan teman-temanmu di SMA Din. Kalau masalah ibu, kamu gak usah khawatir, papa yang akan nungguin ibu di sana. Kita harus pasrah saja kepada ALLAH , kan semua masalah itu pasti ada hikmahnya " ujar papa meyakinkanku
            Aku hanya mengangguk tanda mengerti.
                                                            **********
            Hari perpisahan pun tiba, aku bangun pagi- pagi untuk bersiap ke sekolah.
Aku merasa ada yang berbeda dengan diriku hari ini.
            "PAAAAAAAA" teriakku
            Papa yang sudah menyiapkan makanan menuju keruangan ku dengan cepat.
            "Paaaaaaa, Dina bisa ngomong lagiiii" ujarku gembira
            "Alhamdulillah Din, kamu bisa bicara lagi. Ya sudah mandi sana, terus sarapan agar kamu nanti gak terlambat " ujar papa
            " Iya pa" jawabku pendek
Selama perjalanan, aku masih memikirkan tentang ibu.
Papa yang melihatku terus bengong dari tadi hanya menggeleng.
Setelah sampai disekolah papa berpesan padaku .
            " Din, tadi kamu dijalan sedang mikirin ibu ya, Kamu harusnya tetap tegar Din, dan kamu harus yakin kalau ibu nanti pasti sembuh. Udah lupain aja tentang kondisi ibu. Kamu nikmati aja hari ini dengan penuh suka cita dengan temanmu, toh kamu gak akan ketemu mereka lagi, kalau kamu lain Universitas " Ujar papa
            Aku pun berusaha untuk melupakan ibu untuk sejenak. Akhirnya setelah bertemu dengan teman-temanku, aku bisa melupakan kondisi ibu yang sekarang mungkin sedang melakukan operasi otak.
            Seperti biasanya saat perpisahan, aku menangis bersama teman-temanku. Hingga aku baru sadar jika ada seorang lelaki yang mendekatiku.
            " Dina, aku ingin ngomong suatu rahasia yang sudah lama aku pendam" katanya
            "Ehhh A..A..Apa " Jawabku terbata-bata, Karena kukira inilah saat seorang lelaki menembak wanita untuk menjadi pacarnya.
            "Apa?? Riko ingin menembakku? Aku pasti bermimpi! Sebenarnya rasa senangku itu hanya sedikit karena aku merasa ada yang mengganjal hatiku ini untuk nerima kamu, tapi, pasti akan kuterima walau aku tidak terlalu senang. Kan kamu yang nyelametin aku" Gumamku dalam hati
            " Din, yang nolongin kamu saat pingsan itu bukan aku, tapi Faqih"
Aku yang sudah siap untuk nerima dia pun terkejut.
            " Pantas saja ada sesuatu yang mengganjal hatiku saat itu" Gumamku
            Aku pun langsung membalikkan badan dan rasanya ingin aku menangis. Namun aku menabrak tubuh seseorang yang telah lama di belakangku.
"DUUUG" aku hampir terjatuh. Tapi ada sebuah tangan yang tidak asing bagiku lagi
"Faaaaqih" kataku spontan
" iya Din , ini aku Faqih aku datang kesini Cuma buat ngomong kalau aku sebenarnya aku suka sama kamu, mau gak kamu jadi pacarku" Tembaknya
" IIIIIYYYAAAAA " aku yang terkejut langsung meresponnya
Aku senaaaaaaaang sekali saat itu.
                                                **************
Akhirnya setelah perpisahan, aku pun bergegas pergi ke rumah sakit.
            "TIiiiit" terdengar suara klakson dari samping kananku
            "Faqiiih" jawab ku
            "Mau ikut" katanya sambil mengulurkan tangannya
            "Trimsss" ujarku.
            Diperjalanan ke rumah sakit , aku menceritakan semua yang terjadi pada ibuku, Faqih tampak serius dan simpati mendengarnya. Akhirnya kami sampai juga di Rumah Sakit Cipta Husada. Aku melihat papa yang telah menunggu ku sejak tadi, Aku melihat ada raut wajah yang berbeda dari papa . Papa terlihat senang sekali.
            "Pa, ini nih yang namanya Faqih. Yang sering aku certain itu loh" ujarku mengenalakan Faqih pada papa"
            " Ooooh jadi ini faqih yang sering dana certain ke papa"
            " Iya Om, saya faqih" ujar Faqih
            " Saya Surya adi, Papanya Dina" ucap papa
            " Pa, gimana keadaan ibu sekarang?" tanyaku
            " Alhamdulillaaaaaaah Din, Ibu selamat. Operasi nya berjalan lancar "
Aku yang mendengar semua berita itu kaget tak percaya.
            Ya, benar apa yang sudah semua papa katakan padaku bahwa semua yang ALLAH berikan ini pasti ada hikmahnya. Contohnya saja hidupku yang awalnya susah menjadi sebuah akhir yang bahagia. Ya, kisah inilah yang sering orang-orang tafsirkan menjadi suatu kisah derita berujung bahagia.
            Aku tidak akan pernah melupakan semua ini , bahkan semua peristiwa yang terjadi selama ini akan aku tulis di sebuah buku diary dan akan kuceritakan semuanya pada ibu sampai ia bosan mendengar ceritaku.
           
Note :Gan jika ingin Copas sertain juga nama blog gue thanks .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yang terbaik adalah komentar yang membangun !!!